Senin, 24 Agustus 2015

Surat Terakhir.

Untuk seseorang yang akan tetap mengisi ruang tanpa kata dalam diri, yang kini memilih untuk pergi. Benarkah rasa cinta harus mengenal kata lelah? Lelah dengan keadaan. Lelah dengan kenyataan bahwa kita memiliki visi yang saling bertolak belakang. Dan akhirnya cinta harus menyerah pada pengakhiran.

Apa yang salah jika aku memilih untuk membebaskan cinta dengan kesadaran? Apa yang salah jika aku sedikit menentang kecemburuan yang mengatasnamakan cinta? Aku yakin, cinta membebaskan dengan kesadaran yang akan membawa perdamaian juga kesejahteraan. Terlebih aku meyakini kesadaran. Tanpa kesadaran, kebebasan hanya jadi alat untuk menghancurkan. Menghancurkan kepercayaan. Menghancurkan kesetiaan. Menghancurkan hubungan percintaan. Tapi dengan kesadaran, sebebas apapun merpati jantan terbang, merpati betinalah yang akan tetap jadi tempat kembalinya. Tapi aku tidak sepenuhnya menyalahkan cemburu. Ada cemburu yang aku benarkan. Cemburu yang sehat. Cemburu yang mampu menilai dengan tepat.
Sayang, perbedaaan tidak selalu membuat seseorang selalu menerima dan menjadikan bertahan menuju kesempurnaan. Jangan ada sesal.

Sayang, sekali waktu, pernahkah kamu tidak mencuri sesuatu tapi kamu ada diwaktu yang harus menjadikan kamu pelaku atas apa yang tidak pernah kamu lakukan? Rasanya ingin berteriak. Berlari kemudian menangis. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan selain diam. Walau harus berakhir dalam penjara sekalipun, karena pembelaan apapun yang dilakukan, sama sekali tidak menemukan kegunaan. Diam bukan berarti mengiyakan tuduhan. Diam berserah pada waktu yang mungkin, cepat atau lambat akan mengarahkan pada pembuktian. Lagi, jangan ada sesal.

Sayang, angan kita benar-benar telah menjadi abu yang terbawa angin tanpa memiliki arti.
Aku tidak begitu pintar untuk menjadi seseorang yang kamu harapkan. Aku tidak begitu mampu membahagiakan dengan segala bentuk pengorbanan. Aku hanya punya hati yang senantiasa tak henti merapal namamu hari demi hari. Dan menutup segala celah untuk hati yang lain. Kita benar telah sampai akhir, Sayang. Akhir yang tidak akan pernah lagi ada sapa rindu setiap harinya.

Temukanlah wanita yang mampu membahagiakanmu. Temukanlah wanita yang sesempurna malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan. Temukanlah wanita yang jauh lebih menawan, pintar dan tidak hanya memberikan segala kekurangannya. Temukanlah wanita yang mampu sabar atas segala penekanan. Dan temukanlah wanita yang mampu bertahan ketika kata-kata yang tidak pantas mulai terlontar. Semoga kamu menemukan kebahagiaan yang kamu inginkan. Terimakasih untuk segala yang telah kamu berikan yang tidak mampu aku balas dalam 2 bulan terakhir. Namamu, tetap bersemayam sampai nanti waktu memberikan tanda pengakhiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 24 Agustus 2015

Surat Terakhir.

Untuk seseorang yang akan tetap mengisi ruang tanpa kata dalam diri, yang kini memilih untuk pergi. Benarkah rasa cinta harus mengenal kata lelah? Lelah dengan keadaan. Lelah dengan kenyataan bahwa kita memiliki visi yang saling bertolak belakang. Dan akhirnya cinta harus menyerah pada pengakhiran.

Apa yang salah jika aku memilih untuk membebaskan cinta dengan kesadaran? Apa yang salah jika aku sedikit menentang kecemburuan yang mengatasnamakan cinta? Aku yakin, cinta membebaskan dengan kesadaran yang akan membawa perdamaian juga kesejahteraan. Terlebih aku meyakini kesadaran. Tanpa kesadaran, kebebasan hanya jadi alat untuk menghancurkan. Menghancurkan kepercayaan. Menghancurkan kesetiaan. Menghancurkan hubungan percintaan. Tapi dengan kesadaran, sebebas apapun merpati jantan terbang, merpati betinalah yang akan tetap jadi tempat kembalinya. Tapi aku tidak sepenuhnya menyalahkan cemburu. Ada cemburu yang aku benarkan. Cemburu yang sehat. Cemburu yang mampu menilai dengan tepat.
Sayang, perbedaaan tidak selalu membuat seseorang selalu menerima dan menjadikan bertahan menuju kesempurnaan. Jangan ada sesal.

Sayang, sekali waktu, pernahkah kamu tidak mencuri sesuatu tapi kamu ada diwaktu yang harus menjadikan kamu pelaku atas apa yang tidak pernah kamu lakukan? Rasanya ingin berteriak. Berlari kemudian menangis. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan selain diam. Walau harus berakhir dalam penjara sekalipun, karena pembelaan apapun yang dilakukan, sama sekali tidak menemukan kegunaan. Diam bukan berarti mengiyakan tuduhan. Diam berserah pada waktu yang mungkin, cepat atau lambat akan mengarahkan pada pembuktian. Lagi, jangan ada sesal.

Sayang, angan kita benar-benar telah menjadi abu yang terbawa angin tanpa memiliki arti.
Aku tidak begitu pintar untuk menjadi seseorang yang kamu harapkan. Aku tidak begitu mampu membahagiakan dengan segala bentuk pengorbanan. Aku hanya punya hati yang senantiasa tak henti merapal namamu hari demi hari. Dan menutup segala celah untuk hati yang lain. Kita benar telah sampai akhir, Sayang. Akhir yang tidak akan pernah lagi ada sapa rindu setiap harinya.

Temukanlah wanita yang mampu membahagiakanmu. Temukanlah wanita yang sesempurna malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan. Temukanlah wanita yang jauh lebih menawan, pintar dan tidak hanya memberikan segala kekurangannya. Temukanlah wanita yang mampu sabar atas segala penekanan. Dan temukanlah wanita yang mampu bertahan ketika kata-kata yang tidak pantas mulai terlontar. Semoga kamu menemukan kebahagiaan yang kamu inginkan. Terimakasih untuk segala yang telah kamu berikan yang tidak mampu aku balas dalam 2 bulan terakhir. Namamu, tetap bersemayam sampai nanti waktu memberikan tanda pengakhiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar