Kamis, 11 Juli 2013

Pertanyaan Senja

saat senja mulai menyapa
termangu sendiri dalam diamku di hadapnya
menyusup masuk dalam puing-puing reruntuhan perasaan
berjibaku dengan pedih dan lirih
tak jarang diriku menampik segala yang telah terjadi
mengapa harus aku?
mengapa harus kamu?
mengapa harus kita yang menjadi aktor dalam lakon Tuhan kali ini?

Tentang Hujan dan Segala Kenangannya

Entah sudah hujan yang keberapa dirinya hadir kembali dalam sela-sela ingatan dengan segala kenangannya. Aroma kopi rempah yang bercampur dengan asap rokok dan aroma tubuhmu itu tak luput hadir untuk sekedar membangkitkan kembali kenangan-kenangan yang telah kucoba tidurkan akhir-akhir ini.

Dari sudut kamar, aku coba pejamkan mataku sejenak. Mencoba resapi tiap suara rintikan hujan yang begitu mesra. Berharap aku bisa mengetahui alasan tentang mengapa hujan selalu hadir bersama dengan kenangan-kenangan lama tentangnya.

Kini tidak ada lagi aroma kopi rempah, tak ada lagi kedai bernuansa jawa yang dulu pernah jadi tempatku dengannya berbagi cerita. Hanya tersisa puing-puing reruntuhan kedai yang berserakan. Semua hancur tapi tidak dengan kenangannya.
Temanku pernah berkata bahwa aku terlalu mendramatisir perkataanku, "hujan selalu berhasil membuat kenanganku terbangun kembali. Serpihan-serpihan tentangnya seperti mendadak kembali tersusun rapih dan apik dalam ingatan." tapi memang sungguh itu yang terjadi.

Hujan seperti memiliki kekuatan magis untuk membangunkan sesuatu yang telah lama tertidur. Kenangan.

Begitulah Hujan

Begitulah hujan. selalu memiliki kekuatan magis
yang mampu menghadirkan kembali masa lalu

Begitulah hujan. memang paling jago
menggiring ingatan masuk ke masa lalu dan berakhir
dengan keluhan; rindu. Seperti mesin waktu.

Begitulah hujan. Aromanya terlalu dasyat untuk
membuat penikmatnya tenggelam dalam zona nyamanya
sekali lagi, zona kenangan.

Yah, begitulah hujan. Masih mengikat kuat diriku dan segala kenangan tentangnya.
Masih sangat kuat. Sekuat tatapan mata tipisnya.

Cirebon, 9 Juli 2013

Kamis, 11 Juli 2013

Pertanyaan Senja

saat senja mulai menyapa
termangu sendiri dalam diamku di hadapnya
menyusup masuk dalam puing-puing reruntuhan perasaan
berjibaku dengan pedih dan lirih
tak jarang diriku menampik segala yang telah terjadi
mengapa harus aku?
mengapa harus kamu?
mengapa harus kita yang menjadi aktor dalam lakon Tuhan kali ini?

Tentang Hujan dan Segala Kenangannya

Entah sudah hujan yang keberapa dirinya hadir kembali dalam sela-sela ingatan dengan segala kenangannya. Aroma kopi rempah yang bercampur dengan asap rokok dan aroma tubuhmu itu tak luput hadir untuk sekedar membangkitkan kembali kenangan-kenangan yang telah kucoba tidurkan akhir-akhir ini.

Dari sudut kamar, aku coba pejamkan mataku sejenak. Mencoba resapi tiap suara rintikan hujan yang begitu mesra. Berharap aku bisa mengetahui alasan tentang mengapa hujan selalu hadir bersama dengan kenangan-kenangan lama tentangnya.

Kini tidak ada lagi aroma kopi rempah, tak ada lagi kedai bernuansa jawa yang dulu pernah jadi tempatku dengannya berbagi cerita. Hanya tersisa puing-puing reruntuhan kedai yang berserakan. Semua hancur tapi tidak dengan kenangannya.
Temanku pernah berkata bahwa aku terlalu mendramatisir perkataanku, "hujan selalu berhasil membuat kenanganku terbangun kembali. Serpihan-serpihan tentangnya seperti mendadak kembali tersusun rapih dan apik dalam ingatan." tapi memang sungguh itu yang terjadi.

Hujan seperti memiliki kekuatan magis untuk membangunkan sesuatu yang telah lama tertidur. Kenangan.

Begitulah Hujan

Begitulah hujan. selalu memiliki kekuatan magis
yang mampu menghadirkan kembali masa lalu

Begitulah hujan. memang paling jago
menggiring ingatan masuk ke masa lalu dan berakhir
dengan keluhan; rindu. Seperti mesin waktu.

Begitulah hujan. Aromanya terlalu dasyat untuk
membuat penikmatnya tenggelam dalam zona nyamanya
sekali lagi, zona kenangan.

Yah, begitulah hujan. Masih mengikat kuat diriku dan segala kenangan tentangnya.
Masih sangat kuat. Sekuat tatapan mata tipisnya.

Cirebon, 9 Juli 2013